Muhasabah: Tentang Ukhuwah (continued)


“Berapa banyak orang hidup dalam kelalaian, padahal kain kafannya sedang ditenun” –Imam A-Syafei

                Kondisi dakwah sekarang adalah kondisi yang kita lihat di negeri cleopatra nun jauh di sana, kondisi dakwah sekarang adalah teriakan muslim rohingya yang terdalam di sana, kondisi dakwah sekarang adalah teriakan takbir bersama hujan batu di palestina sana.

                Kondisi islam sekarang adalah pemuda-pemudi yang menghabiskan waktunya di pinggir jalan, kondisi islam sekarang adalah perangai dan sikap kita pada tetangga kita. Kondisi islam adalah negeri penuh berkah yang korupsinya terus merekah. Kondisi islam adalah perang saudara di suriah, arab saudi yang mendukung semua tentang israel dan amerika. Dan kondisi islam adalah media yang laiknya tuhan, dipuja dan diimani.

                Lalu ketika semua hal itu tersaji di beranda kehidupan kita, siapakah yang hendak memperbaiki? Siapakah yang hendak memperjuangkan dakwah? Dan siapa pula yang seharusnya berderap mantap mempertahankan islam?

                Karena sejatinya kebaikan di atas bumi ini tidak akan pernah punah. Hingga kelak, hingga saat manusia seperti anai-anai. Kebaikan ataupun dakwah itu akan terus bergerak, laiknya gerbong kereta, dia akan terus bergerak membawa orang-orang di dalamnya. Sekarang pilihannya adalah kita mau ikut di dalamnya atau kita berada di luar menunggu kereta berikutnya, atau kita lebih memilih berjalan sendiri di luar rel kebaikan?

                Dakwah itu immortal, tidak akan pernah mati. Kita yang akan mati. Lalu kita tinggal memilih mau mati sebagai bagian dari dakwah itu sendiri atau sebagai beban dakwah.

***

                Kini saat dakwah adalah kewajiban, saat berdakwah adalah jalan hidup. Maka hakikatnya kita mampu menjadikan semua yang berdiri di pinggir dakwah, menjadikan semua yang di sekeliling dakwah sebagai pendukung saja. Bukan yang utama.

                Lalu kenapa ketika berdakwah yang seharusnya menjadi hal utama terkadang terasa hambar? Terasa tanpa warna dan tanpa dera? Jawabannya adalah karena ruhiyah dan ukhuwah.

Bersambung..
nanti saya sambung setelah hari ini J


                

Terima Kasih, Sudah Berkenan Membaca

Jika Manfaat, mari bagikan ^^

Comments

    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment

Bagaimana Menurut mu? :)