“Iman itu naik turun,
terkadang dia berada di atas, terkadang juga dia berada di bawah”
Dalam lembaran kehidupan,
seringkali terucap sebuah pembenaran yang sering menjebak para pelaku kebaikan,
para penyebar cinta, para penyeduh hangatnya ukhuwah. “Iman itu kan naik turun”
begitulah ungkapan yang seringkali terdengar. Lalu sang pelaku kebaikan
mewajarkan dirinya ketika kualitas kebaikannya berkurang.
Dalam dekapan cinta
kebaikan, selaiknya sungai yang mengalir, selaiknya tetes hujan yang
mengalirkan anak-anaknya berlari riang menuju selokan. Kebaikan seharusnya tak
pernah punya ukuran, tak boleh berkurang tak boleh mengalami discontinuitas.
Jangan sampai frasa “iman itu kan naik turun” menjadi ular yang membawa step
kita turun beberapa kotak dalam kebaikan. Seringkali kita terjebak, dan
melakukan pembenaran.
Kelak orang akan
menyadari bahwa frasa dari para ulama itu tidak berhenti di sana, tidak
berhenti hanya pada sekumpulan kata “iman itu naik turun”. Tapi ada frasa yang
melengkapinya “naik dengan ketaatan dan turun karena kemaksiatan”. Lalu jika
kedua kumpulan kata itu digabungkan, tak akan ada lagi celah kita membuat
pembenaran. Ya karena sejatinya, jika kita ingin iman kita tetap di atas, maka
kita harus melakukan yang dalam ilmu fisika disebut dengan Gerak Lurus Berubah
Beraturan dalam proses implementasi Kebaikan. Dengan percepatan bernilai
positif.
Maka saat kita menyadari
bahwa dengan terus berada di atas awan kebaikan, melayang bersama segerombolan
burung bersayap ke-sholehan, menyapa angin kehidupan lalu duduk bersama
anak-anak langit. Menurunkan hujan ketulusan ke atas bumi, membasahinya,
menyuburkannya lalu menumbuhkan pepohonan yang akarnya kuat menghujam ke bawah.
Batangnya menjulang tinggi ke atas lalu menghasilkan buah yang manis rasanya. Memberi
teduh pada sang pengembara, dan memberi ruang sarang bagi burung dan
peranakannya.
Sungguh manfaat itu manis
sahabatku..
Sepenuh cinta
Oktober 2013
0 comments:
Post a Comment
Bagaimana Menurut mu? :)