Aku Masih Mengingat Setiap Momen Perjumpaan Kita


“Sesungguhnya kedudukan sabar dari iman adalah laiknya kedudukan kepala dari jasad. Bila kepala itu diputus maka jasad itu akan meregang.” Ali Ibn Abi Tholib


Kesabaran menurut Al-Mukarroom, Ali Ibn Abi Tholib adalah kendaraan yang tidak pernah gagal. Mampu melewati setiap jenis keterjalan hidup. Bahkan mampu menggulung rintangan menjadi tantangan, lalu musibah menjadi berkah. Orang-orang yang menunggangi ‘kendaraan’ sabar dalam hidupnya, mampu tidak melewatkan syukur dalam perkara halal dan mampu tidak melupakan sabar dalam perkara haram.

…Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. 
(QS Az Zumar 10)

Maka kesabaran seharusnya menjadi kata pertama yang kita tunjukkan melalui sikap kita dalam kehidupan nan singkat ini. Karena dengan kesabaran-lah seseorang akan menuai kemuliaan di mata makhluk maupun di mata penciptanya. Al-Hasan dalam sebuah kesempatan mengatakan bahwa sabar adalah simpanan kebaikan yang tidak diberikan Allah kecuali kepada hamba-Nya yang mulia di hadapan-Nya.

Betapa indah menguntai sabar di tengah gemuruh negeri yang penuh kerusuhan ini. Tatapan kebencian dan perselisihan seringkali mewarnai selintang hari-hari kita. Kita tampak lebih senang berselisih daripada mempersilahkan kebaikan dan kesabaran menguasai diri kita. Seringkali ego merasa paling benar lebih kita pertahankan daripada mendamba mengalah yang berakhir pada cinta dan kedamaian. Padahal jelas jika kita bersabar justru kesabaran itu yang akan mengangkat derajat kemuliaan, bukan argumen yang kita anggap paling benar itu.

Jangan sampai kesabaran kita kalah bergumul dalam diri kita. Sehingga syahwat lebih menguasai gerak-gerik kita dibanding akal kita.

Ibnul Qayim r.a pernah ketika ditanya tentang kesabaran berkata, “seseorang dari kita, jika kesabarannya mengalahkan hawa nafsu dan syahwatnya, ia akan bersama para malaikat. Namun jika dorongan hawa nafsu dan syahwatnya mengalahkan kesabarannya, ia akan menjadi seperti setan. Dan jika tabiat dan kebiasaannya seperti makan, minum, dan jima’ mengalahkan kesabarannya, ia termasuk golongan binatang.”

Menguntai sabar memang tidak lah mudah. Menjahitnya dalam profil diri menjadi tantangan tersendiri. Menjadi sabar berarti menjadi penuh berserah diri. Mengerti sabar berarti kita tidak medahulukan hawa nafsu dibanding akal kita. Menjadi sabar berarti tidak marah ketika kita sebenarnya mampu marah. Semua itu membutuhkan pengorbanan dan pergolakan. Lewati dan lindas itu semua, sehingga ketika kelak kita berhasil menjadikan sabar profil dari diri kita, maka semoga kita menjadi perumpamaan dari Kalamullah yang diturunkan kepada Sang Nabi tercinta.

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS As-Sajdah 24)

Ketika kita menjadi pemimpin, Allah beri isyarat melalui ayat ini, yang ditafsirkan oleh Ibnu Katsir sebagai “Para pemimpin ini akan memberi petunjuk selama mereka bersabar dalam melaksanakan perintah Allah dan bersabar menjauhi larangan Allah” Qatadah dan Sufyan juga berkata “Yaitu ketika mereka bersabar dalam menjauhi dunia”.

Part 1: Serial Tentang #Sabar


Abi Awwabin
Padang Bulan, Maret 2014

Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @awwabiin

Terima Kasih, Sudah Berkenan Membaca

Jika Manfaat, mari bagikan ^^

Comments

2 comments:

  1. Saya Ningrum dari Yogyakarta. Menarik sekali artikel ini. Ada beberapa kalimat yang membuat saya ingin berkonsultasi lebih banyak. Maaf, adakah email yang bisa saya hubungi? Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mohon maaf baru membalas ..
      silahkan ke: aby.awwabin@gmail.com

      Delete

Bagaimana Menurut mu? :)