“Hidayah itu laiknya mentari, menghidupkan dan membuat kita berguna. Tapi hidayah tidak akan didapat untuk mata hati yang selalu tertutup”

Saya banyak sekali mendengar kisah-kisah luar biasa orang-orang yang mendapat hidayah. Mereka menerima cahaya terang hidayah di saat mereka dalam kelam, atau persimpangan. Saya tahu seorang tokoh ekonomi syariah, saya tahu seorang sahabat rasul, dan saya juga tahu seorang tukang becak. Semua nya dramatis dan butuh pengorbanan.

Hidayah itu seringkali datang dengan begitu dramatis. Banyak yang harus memilih keluarganya atau akidah yang baru dia yakini. Tetapi sesuatu yang harus kita yakini adalah Firman-Nya yang begitu agung, termaktub dalam Al-Qur’an.

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.."(Al-Qashash : 56)

Hidayah itu laik cahaya mentari, dan hati kita adalah sebuah rumah. Dan semua kebaikan kita adalah jendelanya. Maka hidayah akan menyinari setiap rumah, dan hanya rumah yang memiliki jendela kebaikanlah yang akan menerima cahaya itu masuk ke dalamnya.

Kita ingat betapa Umar ‘Ibn Khatab adalah seorang yang sangat keras, beringas dan disegani pada masa dahulu. Tapi beliau adalah sebuah rumah yang jua memiliki jendela, maka ketika cahaya hidayah itu datang, sinarnya masuk ke dalam hatinya. Dan syahadat pun diucapnya.

Kita juga tahu seorang pengemis yahudi (-meski kebenaran ceritanya masih diragukan) yang sangat membenci RasuluLlah Muhammad SAW, dan selalu mencacinya setiap hari. Tanpa dia tahu bahwa yang memberinya suapan lembut setiap hari adalah Sang Rasul Agung. Maka ketika rumah itu menerima cahaya tempias hidayah, ia masuk dan bersyahadat.

Maka sahabat sekalian, bagaimana hidayah itu akan datang dan pergi adalah tentang seberapa banyak jendela kebaikan yang kita miliki. Karena cahaya itu akan datang setiap hari, semakin banyak jendela yang kita sediakan, maka sebanyak itu pula hati kita diterangi cahaya tersebut.

Semoga Manfaat..

Oktober 2013