Dandelion Hati


“… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imron:132)
Percikan api seringkali mewarnai interaksi seharian kita, baik api itu kita sengaja percikkan, atau yang lebih sering karena tak sengaja terpercik. Bukan karena itu wajar adanya, tapi diri kita-lah yang terlalu rombeng imannya, sehingga itu menjadi sering terjadi.

Percikan api itu tak lain adalah amarah. Jika ia hadir, maka keindahan tak lagi terlihat menawan. Seringkali merusak suasana, dan merusak pertautan hati. Maka dari itu Al-Islam telah mengaturnya. Bagaimana seni menahan amarah. Agar ia tak menjadi boomerang dalam hidup kita.

Para ulama telah memaktubkan bahwa pada hakikatnya, menahan amarah memiliki 3 tingkatan. Dan di luar tingkatan itu bukanlah tingkatan yang islam ajarkan. Yaitu tingkat pemula, menengah, dan yang terdepan dalam melakukan kebaikan.

Tingkatan Pertama,
Orang yang jika diperlakukan tak patut, dan hatinya merasa tergores, maka ia mampu menahan amarahnya. Ini adalah tingkatan paling rendah, yaitu tingkatan bagi orang-orang yang serba kekurangan seperti diri kita. Kita mampu menahan amarah, lalu tidak akan melakukan perbuatan yang sama atau membalas perbuatan tidak baik yang telah berlaku pada diri kita.

Tingkata Kedua,
Tingkatan ini adalah orang-orang yang menambahkan kebaikan di dalamnya, yaitu memaafkan kesalahan dan tidak memiliki keinginan untuk melakukan perbuatan yang sama. Seperti yang termaktub dalam Kitab-Nya yang Agung
“Dan Memaafkan (kesalahan) orang …” (Ali Imron 134)
Maka yang ia lakukan adalah segera menemui orang tersebut, lalu dengan penuh kelembutan hati berkata “telah aku maafkan kesalahanmu, dan semoga Allah Azza Wa Jalla jua memaafkan dirimu”

Tingkatan Ketiga,
“Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Ali Imron 134)
Maka pada tingkatan yang terakhir ini adalah tingkatan orang-orang yang hatinya bermekaran bunga dandelion, mekar dan indah, putih penuh kehijauan. Menyejukkan hati setiap pribadi yang bercengkrama dengannya. Maka ketika ada perbuatan tak patut yang diberlakukan seseorang untuknya. Bunga dandelion itu mekar, memberi maaf, lalu menambahkan lagi kebaikannya dengan perbuatan yang tak akan bisa dilupakan oleh orang yang berbuat. Bahkan mungkin akan merubah gersang beralih emas. Ia akan menjadi saudara.

Yang dilakukan oleh orang-orang seperti ini adalah mendatangi orang yang berbuat tak baik tersebut, lalu membawakannya hadiah, atau mendatanginya, bersalaman dengan tangannya, lalu menciumnya. Tak peduli siapapun ia. Begitulah contoh hati yang tamannya bermekaran bunga dandelion.
Seperti tertulis dalam kisah ini

Pada masa Kholifah Harun Ar-Rosyid, seorang budak sedang menuangkan air yang cukup panas dari teko ke cangkir sang Amirul Mukminin, lalu tanpa sengaja mengenai sang Khalifah yang menjadi penguasa dunia saat itu. Spontan saja Sang Khalifah marah kepada budak tersebut. Tetapi budak yang cerdik ini tahu bahwa dalam hati sang khalifah bebunga dandelion sedang menunggu untuk bermekaran.

Maka budak itu berkata (seraya mengutip Firman Allah) 
“Orang-orang yang menahan amarahnya.”
Lalu sang khalifah berkata “Ya aku telah menahan amarahku”
“.. dan memaafkan kesalahan orang ..”
“Ya aku telah memaafkanmu”
“Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”
Lalu kholifah juga berkata “Sekarang pergilah, karena aku telah memerdekakanmu semata-mata karena Allah”

Bunga dandelion menebarkan sarinya kepada rerumputan di sekitarnya. Beterbangan kupu-kupu menyambutnya, lalu sang madu mencair dengan manis.

Sepenuh cinta, sedalam samudera
Oktober 2013

Terima Kasih, Sudah Berkenan Membaca

Jika Manfaat, mari bagikan ^^

Comments

    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment

Bagaimana Menurut mu? :)