“Cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya saja, karena boleh jadi ia akan menjadi orang yang paling engkau benci suatu hari nanti. Dan bencilah orang yang engkau benci sewajarnya saja, karena boleh jadi ia akan menjadi orang yang paling engkau cinta suatu hari nanti” –alhadits 

Pada dahan pepohon seorang muslim, akan berbuah kumpulan buah-buahan yang rasanya manis. Warnanya menyejukkan mata dan tangkainya mudah terpetik. Setiap muslim dengan muslim lainnya akan senantiasa saling menyayangi dan menyirami setiap perjumpaannya dengan senyum, menghampar tikar kebaikan. Lalu menumbuhkan bunga-bunga dandelion dalam setiap beranda hati mereka. Sehingga sesuai Sabda Sang Rasul Agung:

“Seorang muslim adalah: muslim lainnya terbebas dari kejahatan mulutnya”

Maka benarlah bahwa Rasulullah telah mewariskan begitu banyak jembatan cinta antara sesama muslim. Jembatan cinta itu melintang jelas dalam setiap sendi kehidupan kita. Mengisi setiap pot tanaman kita dan tumbuh menjadi bunga penghormatan atas pribadi muslim yang lain.

Izinkan saya merinci beberapa jembatan yang RasuluLlah himpunkan untuk kita saudaranya yang begitu beliau rindu hingga kini:

Mengucapkan salam

“Ada tiga hal yang barangsiapa mampu menghimpun ketiganya maka ia berarti telah benar menghimpun iman: berlaku adil meskipun terhadap dirinya sendiri, mengucapkan salam meskipun kepada orang (beriman) yang tidak dikenalnya, dan berinfaq meskipun dalam keadaan hartanya sedikit” –Albukhari

Mengucapkan salam adalah salah satu buah paling manis yang bisa dipetik dari hangatnya persaudaraan, ketetapannya Allah teguhkan dalam Al-Ahzab (ayat 44). Maka jadikanlah salam itu sebagai salam penghormatan dan bentuk kecintaan kita terhadap saudara kita yang beriman. Sehingga benarlah perkataan Umar Ibn Khatab

“ketika malam datang, aku merasa begitu rindu, aku berharap pagi cepat datang sehingga aku bisa memeluk saudaraku dan mengucapkan betapa aku mencintainya karena Allah”