Sepucuk Surat Lalu

SURAT UNTUK PARA PEMUDA PILIHAN, ALUMNI SMART EKSELENSIA



Dek, surat ini mbak tulis tidak dengan maksud apa-apa. Hanya ingin menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan hati mbak.

Dek, mbak nggak tahu berhak berbicara seperti ini pada kalian atau tidak. mbak juga bukan guru kalian yg tanpa lelah mengurai pelangi ilmu pada kalian selama 5 tahun. Bukan juga pembina asrama kalian yang dgn sabar mendidik dan menyayangi kalian seperti ayah kalian sendiri. Mbak hanya ditugaskan mengurus softloan kalian setelah kalian lulus SMART. Mereka menyebutnya koordinator alumni. Seharusnya mbak juga mengurus semua alumni, tapi kalian adalah yg paling banyak menyita waktu dan pikiran mbak. Bukan karena kalian nakal dan merepotkan, tapi karena mbak juga sangat menyayangi kalian, lebih dari mbak menyayangi adik mbak sendiri.

Dek, dengan uang ratusan juta yang sudah dikeluarkan dari dana umat untuk setiap masing-masing kalian dari sejak kalian kelas satu hingga lulus kuliah nanti, sabarkan dirimu jika semua org bertanya, seperti apa hasil didikannya? Seperti apa kalian sekarang? Sabarkan diri kalian jika semua orang menuntut. Sabarkan diri kalian jika semua orang "menyayangi" kalian dengan caranya masing-masing. Karena kalian sekarang adalah anak-anak umat Islam. Bukan lagi sekedar anak orang tua kalian.

Pasrahkan diri kalian untuk digadaikan pada umat. Kuatkan diri dan hati kalian utk memenuhi tuntutan semua orang. Menjadi generasi pembaharu, menjadi pelayan umat, menjadi teladan di kalangan teman2 kalian, dan semua kesempurnaan lain yang diharapkan ada pada diri kalian.

Mbak sungguh tahu kalau kalian hanya manusia biasa. Mbak sungguh mengerti kalian masih remaja yg baru beranjak dewasa, juga baru mengenal dunia luar. Tapi semua sudah terjadi dek... Allah sudah memilih kalian untuk menjadi hamba pilihanNya.

Yang Allah pilih untuk menjadi anak-anak umat Islam. Yang diharapkan semua orang dapat memutus rantai kemiskinan, bukan hanya untuk keluarga kalian, tapi untuk seluruh umat Islam. Yang diharapkan dapat menjadi anak sholih & teladan, bukan hanya utk keluarga kalian, tapi utk seluruh umat islam. Yang diharapkan menjadi generasi pembaharu, yang bisa memecahkan berbagai persoalan. Bukan hanya utk keluarga dan tetanggamu, atau cuma untuk desamu, tapi juga untuk bangsa yang sedang sakit ini.

Ah...terlalu banyak rasanya tuntutan untuk kalian, Mbak pun kadang kasihan pada kalian.

Tapi takdir telah memilih pemerannya, menunggu kalian menyejarah dalam dongeng kebaikan yg abadi di langit dan bumi. Sabarkan hati dan kuatkan langkah kalian ya dek..kalau saat ini belum bisa, lakukan saat kalian siap.

Kalau skrg kalian belum mampu berbuat banyak, paling tidak, jangan menyakiti hati umat islam ya dek... Kalian tentu punya hati untuk merasa, tindakan apa yang bisa menyakiti dan tidak. Dan jangan menakar dengan ukuran remaja biasa. Takarlah dengan ukuran seorang muslim yang hati dan jiwanya telah dibeli oleh Allah. Dibeli seharga surgaNya.

Selamat berjuang dek. Selamat berjuang melawan ego kalian sendiri. Berjuang melawan kemalasan dan perbuatan buruk. Berjuang utk menjadi yg terbaik. Berjuang utk umat islam, dan anak-anak marjinal lainnya yang belum memiliki kesempatan seperti kalian.

Selamat berjuang untuk menjadi pahlawan dalam definisi yang bisa kalian tentukan sendiri. Asalkan itu tidak mengecewakan umat. Selamat berjuang adik-adikku! Doa mbak selalu yang terbaik untuk kalian. Kalian di seluruh penjuru indonesia, yang tak pernah berhenti memenuhi pikiran mbak, dengan keinginan untuk berbuat yang terbaik bagi perjuangan kalian.

***
Sepucuk surat dari mbak Dhinny ini dikirim pada tanggal 4 oktober 2011, dan 2 tahun kini surat itu terus memenuhi ruang berpikir saya, dan selalu menghadirkan sebuah kata yang mampu membasahi sanubari perjuangan: "Sejauh mana..?"

Semoga Allah senantiasa membimbing kami dan memberi keberkahan bagi guru-guru kami. Terima kasih mbak Dhinny yang begitu tulus menghimpun tenaga untuk menjadi kakak kami, dengan terus memberi semangat dan bantuan. dan wahai ummat islam, saksikanlah bahwa bayi-bayi merah peradaban sedang menggeliat, merengek, dan meronta. dan sebentar lagi akan beranjak dewasa menyongsong bangsa dan ummat yang madani.

Terima Kasih, Sudah Berkenan Membaca

Jika Manfaat, mari bagikan ^^

Comments

2 comments:

  1. Keren! Selamat berjuang ya :)
    Inget banget dulu dengan anehnya bisa kenal kamu, dan sekarang satu kelas dengan teman kamu :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, terima kasih atas komentarnya :)
      oh ya.. emang ini siapa ya? :) (ga ada namanya )

      Delete

Bagaimana Menurut mu? :)