Laiknya Tak Boleh Pacaran Untuk Menikah


Adakah keinginan berkuasa melemahkan hati-hati kita, mengurangi kegigihan kita serta menggelapkan sanubari kita. Kenapa kita menjadi begitu takut jika yang berkuasa bukan dari golongan kebaikan, kenapa kita menjadi begitu resah jika kita menjadi golongan yang ditindas atau dikuasai.

Apakah keinginan mendapatkan kemudahan berdakwah melalui kekuasaan menjadikan kita lebih ringan tangan. Lebih mudah terpancing untuk mengolok-olok. Begitu takut dengan perjuangan dakwah yang begitu terjal jika kita tak bisa berkuasa.

Semua perasaan itu sejatinya sah-sah saja, bahkan sangat bagus untuk seorang kader dakwah. Seorang pejuang kebaikan. Tapi jangan sampai keinginan kita menegakkan kebenaran yang bersimpai pada perjuangan kemudian menggelapkan kita. Memudahkan jemari kita untuk ikut membagikan atau membuat content yang dapat menjatuhkan orang lain. Mungkin menurut kita, apa yang kita lebih baik lalu ingin masyarakat mengetahuinya. Apakah Allah juga melihatnya sebagai sesuatu yang baik?

Kenapa kita harus begitu takut kaum kuffar berkuasa, atau kaum liberalis yang memegang kendali? Karena kita tidak ingin kemaksiatan merajalela dan tidak ingin islam semakin disudutkan? Yah, hal itu jelas wajar dan sangat baik. tapi jangan sampai tujuan mulia itu kita lumuri dengan perbuatan yang tidak sepatutnya. Takutkah kita? Lupakah kita pada janji Allah?

Sekuat apapun kaum liberalis dan kuffar membuat makar, kita pasti sangat yakin bahwa makar Allah jauh lebih kuat dan menguasai. Jadi kita yang jelas menisbatkan diri untuk berjuang di jalan Allah kenapa harus merasa khawatir dengan makar mereka lalu kemudian ikut membuat makar yang justru malah menjadi senjata musuh untuk menjatuhkan kita.

“Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari.” An Naml 50

Mimpi kita untuk dapat memluaskan pengaruh dakwah di bumi Allah harus tetap kita pegang. Kita teguhkan, tancapkan jua dalam benak dan diri kita. Tapi jangan sampai dalam melaksanakan ketaatan itu kita justru melakukan kemaksiatan. Tidak ada kemaksiatan dalam rangka melaksanakan kewajiban kepada Allah Azza Wa Jalla, Al Ghoyah la tubarriru al wasilah, tujuan yang baik itu tidak bisa membuat hal yang buruk menjadi baik. Walaupun menikah itu baik, tetap tidak dapat menjadikan pacaran yang buruk menjadi baik. (loh kok jadi menikah yang dibahas?) :)

Meski Rasulullah berperang dengan pedang (juga) ketika kaum kuffar berperang dengan pedang, tapi Rasulullah mengajarkan etika yang jelas kepada para sahabat agar tidak menyusup syaitan dalam dada mereka ketika menumpas musyrikin kala itu. Tidak boleh membunuh wanita, anak-anak dan orang tua. Begitu juga tidak boleh membunuh musuh yang tak lagi mampu melawan. Tak jua boleh membunuh dalam amarah seperti yang sangat dihindari Umar Ibn Khotob ketika wajahnya diludahi lawan. Semua itu menunjukkan Akhlaq meski berperang dengan metode yang sama.

Maka jika kaum liberalis dan kuffar bermain dengan media, berkampanye dengan gencar, kita juga melakukan hal itu. Tapi dengan jalan-jalan kebaikan. Tidak dengan kesalahan karena menyusupnya syaitan dalam rongga dada kita. Jika mereka menjelekkan, kita tunjukkan kebaikan. Karena kita tidak sedang bertarung menarik simpati masyarakat, tetapi bertarung untuk memperlihatkan kepada Tuhan siapa yang lebih layak Dia menangkan. Allah yang Maha Melihat kita, atas apa yang selalu kita perbuat.

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." Al Qashash 56

Semoga Allah menguatkan ikatan kita, mengeratkan genggaman tekad kita dan memantapkan derap langkah kita.
Allah Maha Mengetahui.

(Biasanya ini disebut suara sumbang)

Abi Awwabin,
Padang Bulan, April 2014

Terima Kasih, Sudah Berkenan Membaca

Jika Manfaat, mari bagikan ^^

Comments

3 comments:

Bagaimana Menurut mu? :)